#ChitChatNN: Aku dan Hujan

by - 5:13 PM


Dinginnya buliran air yang jatuh dari langit itu membasahi tubuhku.

Memberi aroma tersendiri saat tanah yang kering mulai tersentuh olehnya.

Tak perduli seberapa banyak air itu membasahiku, aku tetap berdiri menantang sang hujan.

Diikuti dengan suara deburan ombak, aku berhasil membawa diriku jauh ke dalam alam sadar.

Alam yang tidak pernah dapat ku mengerti awal dan akhirnya.

Di sana, di bawah alam sadarku, aku berbicara pada semesta.

Akan kegundahan hatiku yang tengah melanda.

Aku ingin semesta mendengar, bahwa aku hanyalah manusia biasa.

Yang mencoba untuk membuat orang-orang disekelilingku bahagia.

Aku ingin semesta mendengar, segelintir do’a yang bersemayam jauh di dalam hati tanpa pernah berani ku ucap secara lantang.

Bukan, bukan hanya ingin didengar. Aku juga ingin semesta mengerti, bahwa aku tidak bisa membahagiakan setiap orang.

Tapi, lagi-lagi, semesta pergi.

Menghilang.

Dan, meninggalkanku sendiri dalam kebisuan.

Dalam sebuah pertanyaan tanpa jawaban.

Dalam sebuah kehidupan tanpa harapan.

Mungkinkah semesta berbalik? Hanya untuk sekedar menoleh ke arahku.

Perlahan, air yang sejak tadi kurasakan semakin deras.

Menusuk lapisan kulit terdalam dari tubuhku.

Memaksaku harus segera terbangun dari imajinasi alam bawah sadarku dan segera berlari menghindari hujan.

Bukan aku benci hujan.

Hanya saja, terkadang, hujan datang memberi kenyamanan, lalu pergi tanpa pernah kita tahu kapan akan kembali.

Ini caraku menikmati hujan, selain menyesap grentea matcha latte hangat atau menghabiskan waktu berdua denganmu sambil menunggu hujan pergi.

Terlalu dramatis.

Tapi, manis.

Seperti itulah hujan.

Penasaran, kira-kira seperti apa seorang introvert akan menikmati sang hujan? Dwi Nanoki siap berbagi dan mengenang hujan bersama ceritanya disini.


You May Also Like

2 comments